contoh soal AKM teks informasi untuk pembelajaran level 1 kelas 7 dan 8 - POJOK IPA -->

Pages

contoh soal AKM teks informasi untuk pembelajaran level 1 kelas 7 dan 8

 contoh soal AKM teks informasi untuk pembelajaran level 1 kelas 7 dan 8.

 

 

Plastik berupa kemasan makanan atau plastik sekali pakai kerap kali dianggap tak bernilai setelah digunakan, akibatnya sampahnya tidak terkelola dengan baik. Dari hasil survei Katadata Insight Center (KIC), kesadaran masyarakat untuk memilah plastik dari sampah rumah tangga masih rendah, yakni pada kisaran 22% dari total responden rumah tangga yang memang telah memilah sampahnya. Data ini diperkuat oleh Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (INAPLAS) yang menyebutkan bahwa tingkat daur ulang dari sampah plastik di Indonesia saat ini baru 17%. Karena itu, upaya peningkatan dalam pengelolaan sampah plastik perlu didorong melalui pendekatan ekonomi sirkular.

SUMBER: https://katadata.co.id/timpublikasikatadata/infografik/5e9a4c4a17559/potensi-besar-di-balik-pengelolaan-sampah-plastik

Penulis: Tim Publikasi Katadata

kompetensi 8 level 1

Menilai kesesuaian pemilihan warna, tata letak, dan pendukung visual lain (grafik, tabel dll) dalam menyampaikan pesan/topik tertentu dalam teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

Uraian

Berilah penilaian kalian dengan menjelaskan terhadap infografi tentang pemilihan warna penjelasan pengelolaan sampah!

Kode Skor:
Kode 1 Jika memberikan penilaian dengan memberi penjelasan kata kunci warna menarik/ tidak menarik, warna tidak mengganggu pembaca, warna cerah, warna monoton, dll (tentang penilaian warna).
Kode 0 Jika siswa memberikan penilaian dengan memberi penjelasan kata kunci yang kurang tepat atau tidak sesuai konteks (tidak menilai tentang warna dari infografi).

Uraian

Mengajak Anak Mengambil Teladan dari Kisah Pewayangan

 

SAHABAT KELUARGA – Semua anak hampir bisa dipastikan menyukai dongeng dan kisah. Salah satunya karena mendengarkan sebuah kisah terasa lebih menyentuh jiwa. Termasuk kisah pewayangan. Jika Anda terlahir sebagai orang Jawa, kisah pewayangan bisa menjadi salah satu alternatif menarik dalam mendidik anak. Mengapa kisah pewayangan bernilai penting?.

Pertama, wayang merupakan kekayaan lokal yang unik dan istimewa.

Pentas wayang sangat ramai dan meriah. Pertunjukan ini melibatkan crew yang banyak dan pembagian peran yang cukup rumit. Tugas masing-masing peran juga sangat unik. Hasilnya, sebuah pertunjukan kolaborasi yang sangat indah dan menawan.

Tidak dipungkiri, sejarah kebudayaan Hindu hingga saat ini masih mewarnai kanvas seni budaya Nusantara. Begitupun cerita wayang yang asal-muasalnya dari India dengan mayoritas Hindu-nya. Namun dalam sejarah perkembangan wayang di Indonesia, cerita pewayangan telah dimodifikasi dengan muatan-muatan Islam. Wayang pernah menjadi sarana dakwah Sunan Kalijaga di Pulau Jawa. Hal ini tentu saja tidak hanya menguatkan khasanah budaya lokal, wayang sekaligus bisa menjadi bentuk himbauan dan tuntunan bagi masyarakat. Melalui wayang, anak juga belajar mengasah literasi budaya sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Kedua, melalui wayang anak lebih mengenal keragaman.

Menyiapkan anak untuk menjadi pemimpin di masa depan, salah satunya tentu dengan menyiapkan mental kolaboratif dengan aneka perbedaan. Keragaman peran adalah salah satu poin penting yang bisa kita tanamkan melalui pentas wayang. Anak-anak bisa mengamati sebelum kemudian menyukai dan memilih salah satu peran yang ingin dikuasai. Apakah menjadi dalang, sinden, waranggana, atau pemusik yang ragamnya pun masih sangat banyak. Melalui wayang anak belajar mencintai budaya sendiri untuk kemudian menghormati budaya dari suku lain di Indonesia.

Tokoh pewayangan yang beragam membuat anak mengenal lebih banyak jenis karakter manusia. Dengan mendalami peran tokoh protagonis-antagonis Pandawa-Kurawa hingga humor ala Punakawan, anak-anak tentu memiliki wawasan yang lebih kaya. Dengan modal ini, diharapkan anak lebih siap bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang di masa depannya.

Ketiga, kisah pewayangan sarat hikmah dan pelajaran.

Cerita-cerita yang dihadirkan dalam dunia wayang seringkali merupakan potret dari realita kehidupan. Tidak sekadar hiburan bagi masyarakat, dalam cerita wayang ada kritik sosial dan usulan serta masukan idealita sebuah masyarakat.

Wayang menampilkan pesan-pesan moral. Dalang yang bertugas memainkan wayang telah dididik melalui pendidikan yang panjang. Dalang tidak hanya bertugas menghafalkan tokoh dan jalan cerita, bahkan dalang seolah wajib menyampaikan pesan-pesan kebaikan melalui sajak dan syair di dalam ­ceritanya.

Di era milenial ini tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak kita lebih hafal tokoh-tokoh Barat dibandingkan dengan tokoh lokal dalam dunia pewayangan. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah kita semua yang ingin kembali menguatkan literasi budaya di kalangan anak-anak Indonesia. Barangkali perlu digalakkan lagi progam nonton bareng pentas wayang, membaca kisah-kisah pewayangan, mengunjungi Museum Wayang, atau bahkan memberi kesempatan pada anak untuk ’mencicipi’ pertunjukan wayang. Jika tidak dimulai dari rumah kita, dari mana lagi? (Wahtini, S.Pd.- Penulis Lepas).

Sumber: sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

Apakah ada kesesuaian antara ilustrasi gambar dengan teks? Mengapa?

Kunci : Ada. Latar belakang seorang anak yang sedang memainkan wayang sesuai dengan tema teks.

 

https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/akm/soal?j=3&l=4&s=295


kompetensi 9 level 1

Merefleksi pengetahuan baru yang diperoleh dari teks sastra atau teks informasi terhadap pengetahuan yang dimilikinya yang terus meningkat sesuai jenjangnya.

Pilihan Ganda Kompleks

Literasi, Jiwa Dunia Pendidikan

 

Foto pribadi: Anis sedang membaca sebuah buku (Dokpri)

Pendidikan adalah proses pembelajaran seseorang dalam memahami suatu kondisi atau gejala pada kehidupan nyata. Pembelajaran berarti tahapan seseorang untuk dapat mengerti perihal kajian yang dipelajari. Mempelajari adalah keadaan seseorang melakukan kegiatan membaca dan menulis.

Membaca artinya menggunakan mata untuk melihat objek dan otak untuk menginterpretasi objek serta mengambil makna suatu objek, sedangkan menulis artinya menggunakan otak sebagai alat berpikir dalam menuangkan gagasan melalui tangan berupa tulisan-tulisan yang memiliki ilmu atau makna akan peristiwa. Jadi, membaca dan menulis merupakan awal terciptanya suatu pendidikan.

Membaca tidak hanya sekedar melihat susunan alfabet di atas lembar putih tetapi jauh lebih dari itu, yakni memahami isi tulisan bahkan mampu mengkritisi bahasan tulisan yang telah dibaca. Membaca adalah unsur pertama dan utama dalam menyerap beraneka ragam ilmu dari manapun. Tanpa membaca tidak ada satu orang pun di muka bumi ini yang pandai dan cerdas. Albert Einstein adalah seorang yang genius dan ia memeroleh dengan cara membaca.

 

Menulis tak sebatas menumpahkan tinta pada bidang datar, melainkan merangkai alfabet satu demi satu sehingga terbentuk suatu tulisan yang menampilkan ide penulis dalam menyampaikan isi bahasan pada pembaca. Menulis merupakan unsur pertama dan utama dalam memaparkan rangkaian alfabet hingga berbentuk suatu tulisan untuk dipahami dan dikritisi oleh pembaca.

Selain itu, menulis juga merupakan kegiatan menuangkan segala macam gagasan yang dapat dijadikan pedoman dan acuan terhadap pendidikan untuk menambah ilmu. Raden Ajeng Kartini, yang merupakan seorang penulis tersohor di masanya, selalu menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan hingga mampu mengubah pandangan orang Belanda terhadap kaum pribumi saat itu.

Membaca bukan saja melihat, tetapi juga menerka dan mengkritisi tulisan yang tidak sesuai dengan pola pikir kita terhadap bahasan yang disajikan penulis. Menulis tak hanya menggoreskan ujung pena pada kertas, melainkan mengubah pola pandang kita terhadap pemikiran yang disampaikan penulis mengenai suatu kajian.

Membaca dan menulis itu ibarat dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan dan saling mengungguli, sebab keduanya harus berjalan berdampingan agar membentuk suatu kemampuan dan keterampilan dalam jiwa setiap insan.

Literasi atau kegiatan membaca dan menulis ini memiliki kedudukan penting dalam dunia pendidikan. Tanpa kehadiran keduanya, dunia pendidikan itu ibarat ruang hampa tanpa isian dan tak bermanfaat bagi keberlangsungan hidup manusia. Literasi memegang peran kunci pada dunia pendidikan yakni, sebagai fondasi yang memberikan kekuatan dalam membangun dan membentuk dunia pendidikan bagi semua orang.

Tak berhenti di situ, literasi juga merupakan tulang punggung pendidikan, sebab hanya dengan literasi semua orang dapat mengenyam pendidikan walau tak harus berada di bangku sekolah dan karenanya tercipta manusia pandai dan cerdas. Oleh sebab itu, sangat penting membudayakan kegiatan literasi yaitu baca dan tulis dalam kehidupan masyarakat untuk membangun dunia pendidikan bagi seluruh manusia.

Indonesia sebagai salah satu negara yang mengedepankan pendidikan, ternyata mengalami kendala berupa penurunan tingkat literasi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya nilai serap kemampuan akademik dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh menurunnya minat baca dan tulis pelajar.

Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan terhadap sepuluh siswa-siswi di desa Kedungmoro, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur dengan dua latar belakang lembaga pendidikan berbeda (SD dan MI), ternyata hanya dua siswa yang melakukan kegiatan literasi, baik di sekolah maupun di rumah. Sangat miris jika melihat cermin literasi yang berlangsung selama ini, namun itulah bukti kegiatan literasi yang ada di dunia pendidikan Indonesia saat ini.

Sumber : Badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/conten/bahan-bacaan-literasi-2018

Melihat kenyataan bahwa kemampuan literasi di Indonesia masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan negara lain di dunia, apa yang dapat kamu lakukan untuk kegiatan literasi?

A.    Mengingatkan saja kepada para pelajar untuk membudayakan literasi sekolah agar sekolah tidak ketinggalan dalam lomba kebahasaan.

B.     Literasi harus digalakkan dengan serius /kuat agar membentuk suatu kemampuan dan keterampilan dalam jiwa manusia. √

C.     Mendatangkan penulis buku-buku bacaan umum agar siswa /masyarakat  membeli buku yang diperlukan.

D.    Membudayakan literasi baca tulis tidak harus di bangku sekolah tetapi dilakukan oleh siapa saja, di mana saja dan kapan saja untuk menciptakan manusia pandai dan cerdas. √

 

https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/akm/akm/soal?j=3&l=4&s=296

.

0 Response to " contoh soal AKM teks informasi untuk pembelajaran level 1 kelas 7 dan 8"

Post a Comment

Iklan Atas

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel